Minggu, 31 Juli 2016

Kisah Taubatnya Hasan Al-Bashri

Imam Hasan Al-Bashri adalah seorang ulama tasauf yang sangat zuhud dari kalangan tabi'in, yang lahir pada tahun 21 Hijriah, dua hari sebelum terbunuhnya khalifah Umar bin Khaththab dan meninggal tahun 110 Hijriah. Ia lahir, tumbuh dan tinggal di Kota Bashrah, sehingga dinisbatkan menjadi namanya Al-Bashri. Tidak kurang dari 370 sahabat, 70 orang diantaranya adalah ahlul Badar, yang menjadi guru dan rujukan Hasan Al-Bashri dalam menuntut ilmu. Termasuk diantaranya adalah Ali bin Abi Thalib, yang digelari Nabi SAW sebagai pintunya ilmu. Namun kisah taubatnya Hasan Al-Bashri termasuk unik dan memilukan.
Sebelumnya, Hasan adalah seorang pemuda tampan yang hidup berkelimpahan harta. Ia selalu memakai pakaian yang indah-indah dan suka berkeliling kota untuk bersenang-senang. Suatu ketika ia melihat seorang wanita yang sangat cantik dan tubuh sangat memikat, Hasan berjalan di belakangnya dan mengikuti langkahnya kemanapun ia pergi. Tiba-tiba wanita itu berpaling kepada Hasan dan berkata, "Tidakkah engkau malu??"
Hasan berkata, "Malu kepada siapa??"
Wanita itu menjawab, "Malu kepada Zat yang Maha Mengetahui apa yang ada di balik pandangan matamu, dan apa yang tersimpan di dalam dadamu!!"
Hasan sempat tertegun dengan perkataan wanita itu, yang rasanya menghujam jauh ke dalam hatinya. Sempat terjadi pergolakan, tetapi kecantikan dan pesona wanita itu seolah membetot sukmanya, terutama dua matanya yang jeli dan memikat. Ia benar-benar jatuh hati dan tidak mampu rasanya untuk berpaling, karena itu ia terus mengikutinya. Ketika tiba di depan rumahnya, lagi-lagi wanita itu berpaling dan berkata, "Mengapa engkau mengikuti hingga ke sini??"
Hasan berkata, "Aku terfitnah (tergoda) dengan keindahan dua matamu!!"
Sesaat terdiam, kemudian wanita itu berkata, "Baiklah kalau begitu, duduklah sebentar, aku akan memenuhi apa yang engkau inginkan!!"
Hati Hasan sangat gembira, dikiranya wanita itu juga jatuh hati kepadanya dan akan bersedia menjadi isterinya. Bagaimanapun juga ia seorang pemuda yang tampan dan kaya, sangat mungkin kalau wanita itu akan menerima cintanya. Tidak lama berselang, muncul pelayan wanita dengan membawa baki tertutup  sebuah sapu tangan, yang langsung menyerahkannya kepada Hasan. Ia membuka sapu tangan itu, dan seketika wajahnya menjadi pucat pasi. Dua bola mata, dengan sedikit percikan darah tergeletak di atas baki itu. Pelayan wanita itu berkata, "Tuan puteri saya berpesan kepada tuan : Aku tidak menginginkan mata yang menyebabkan fitnah bagi orang lain!!"
Tubuh Hasan bergetar hebat penuh ketakutan, dan ia segera berlari pulang. Tubuhnya lunglai seolah tidak memiliki tulang belulang. Sambil memegang jenggotnya, ia berkata kepada dirinya sendiri, "Oh, alangkah hinanya engkau, percuma saja berjenggot, tetapi engkau jauh lebih hina daripada wanita itu!!"
Semalaman itu Hasan hanya menangis penuh penyesalan dan bertaubat kepada Allah. Pagi harinya ia mendatangi rumah wanita itu untuk meminta maaf dan kehalalan dari dirinya. Tetapi rumah wanita itu dalam keadaan tertutup, dan terdengar tangisan dari dalamnya. Salah seorang tetangganya memberitahukan kalau wanita pemilik rumah itu telah meninggal. Hasan makin tenggelam dalam kesedihan dan penyesalan. Tiga hari lamanya ia tidak keluar rumah, waktunya hanya berisi tangis penyesalan atas apa yang telah dilakukannya, dan bertaubat kepada Allah.
Pada hari ketiga, ia bermimpi melihat wanita itu sedang duduk di surga. Hasan menghampirinya dan berkata, "Berilah aku maaf dan kehalalan atas apa yang aku lakukan!!"
Wanita itu berkata, "Aku telah memaafkan dan menghalalkanmu, karena aku telah memperoleh kebaikan yang banyak dari Allah, dengan sebab dirimu!!"
Hasan berkata lagi, "Berilah aku nasehat!!"
Wanita itu berkata, "Ketika engkau dalam kesendirian (kesunyian), berdzikirlah kepada Allah Ta'ala. Ketika engkau berada di pagi dan sore hari, beristighfarlah dan bertaubatlah kepada Allah!!"
Setelah terbangun dari mimpinya itu, hati Hasan menjadi lega. Ia merubah total pola hidupnya selama ini. Semua harta yang dimilikinya di sedekahkan di jalan Allah, ia hidup dalam keadaan zuhud dan selalu dalam keta'atan, memperdalam ilmu dari para sahabat Nabi SAW yang memang banyak yang tinggal di kota Bashrah.

Kamis, 28 Juli 2016

Kesibukan Malaikat Pada Bulan Ramadhan

Surga selalu dihias dan diberi harum-haruman dari tahun ke tahun karena masuknya bulan Ramadhan. Pada malam pertama Rammadhan itu, muncullah angin dari bawah Arsy yang disebut Al-Mutsirah. Karena hembusan Al-Mutsirah ini, daun-daunan dari pepohonan di surga bergoyang dan daun-daun pintunya bergerak, sehingga menimbulkan suatu rangkaian suara yang begitu indahnya. Tidak ada seorang atau makhluk apapun yang pernah mendengar suara seindah suara itu, sehingga hal itu menarik perhatian para bidadari yang bermata jeli. Mereka berdiri di tempat tinggi dan berkata, "Apakah ada orang-orang yang melamar kepada Allah, kemudian Allah akan mengawinkannya dengan kami??"
Tidak ada jawaban atau penjelasan apapun, maka para bidadari itu bertanya kepada malaikat penjaga surga, "Wahai Malaikat Ridwan, malam apakah ini??"
Malaikat berkata, "Wahai para bidadari yang cantik jelita, malam ini adalah malam pertama bulan Ramadhan!!"
Para bidadari itu berdo'a, "Ya Allah, berikanlah kepada kami suami-suami dari hamba-Mu pada bulan ini!!"
Maka tidak ada seorang pun yang berpuasa di bulan Ramadhan (dan diterima puasanya) kecuali Allah akan mengawinkannya dengan para bidadari itu, kelak di dalam kemah-kemah di surga.
Kemudian terdengar seruan Firman Allah, "Wahai Ridwan, bukalah pintu-pintu surga untuk umat Muhammad yang berpuasa pada bulan ini. Wahai Malik (Malaikat penjaga neraka), tutuplah pintu-pintu neraka untuk mereka yang berpuasa bulan ini. Wahai Jibril, turunlah ke bumi, kemudian ikatlah setan-setan yang jahat dengan rantai-rantai dan singkirkan mereka ke dasar lautan yang dalam, sehingga mereka tidak bisa merusak (mengganggu) puasa dari umat kekasih-Ku, Muhammad!!"
Para malaikat itu segera melaksanakan perintah Allah tersebut. Itulah sebabnya di dalam Bulan Ramadhan itu kebanyakan umat Islam sangat mudah untuk berbuat amal kebaikan. Suatu hal yang sangat sulit untuk diamalkan pada bulan-bulan lainnya. Gangguan setan (dari kalangan jin) dan hawa panas neraka untuk sementara ditiadakan, hawa sejuk surga yang penuh rahmat dan kasih sayang Allah melimpah ruah membangkitkan semangat untuk terus beribadah kepada-Nya. Musuh yang harus dihadapi tinggal gangguan setan dalam bentuk manusia dan hawa nafsu, yang mereka itu juga telah dilemahkan dengan adanya kewajiban puasa.
Pada riwayat lain disebutkan, pada malam pertama Bulan Ramadhan itu Allah berfirman, "Barang siapa yang mencintai-Ku maka Aku akan mencintainya, barang siapa yang mencari-Ku maka Aku akan mencarinya, dan barang siapa yang memohon ampunan kepada-Ku maka Aku akan mengampuninya berkat kehormatan Bulan Ramadhan ini (dan puasa yang dijalankannya)!!"
Kemudian Allah memerintahkan malaikat Kiramal Katibin (malaikat-malaikat pencatat amalan manusia) untuk mencatat amal kebaikan dari tiga kelompok orang-orang tersebut dan menggandakannya, serta memerintahkan untuk membiarkan (tidak mencatat) amal keburukannya, bahkan Allah juga menghapus dosa-dosa mereka yang terdahulu.
Pada setiap malam dari Bulan Ramadhan itu, Allah akan berseru tiga kali, "Barang siapa yang memohon, maka Aku akan memenuhi permohonannya. Barang siapa yang kembali (Taa-ibin, taubat) maka Aku akan menerimanya kembali (menerima taubatnya). Barang siapa yang memohon ampunan (maghfirah) atas dosa-dosanya, maka Aku akan mengampuninya.!!"
Pada malam yang ditetapkan Allah sebagai Lailatul Qadr, Allah memerintahkan Jibril dan rombongan besar malaikat turun ke bumi. Jibril turun dengan membawa panji hijau yang kemudian diletakkan di punggung Ka'bah. Ia mempunyai 600 sayap, dua diantaranya tidak pernah dipergunakan kecuali pada Lailatul Qadr, yang bentangan dua sayapnya itu meliputi timur dan barat. Kemudian Jibril memerintahkan para malaikat yang mengikutinya untuk mendatangi umat Nabi Muhammad SAW. Mereka mengucapkan salam pada setiap orang yang sedang beribadah dengan duduk, berdiri dan berbaring, yang sedang shalat dan berdzikir, dan berbagai macam ibadah lainnya pada malam itu. Mereka menjabat tangan dan mengaminkan do'a umat Nabi Muhammad SAW hingga terbit fajar.
Ketika fajar telah muncul di ufuk timur, Jibril berkata, "Wahai para malaikat, kembali, kembali!!"
Para malaikat itu tampaknya enggan untuk beranjak dari kaum muslimin yang sedang beribadah kepada Allah. Ada kekaguman dan keasyikan berada di tengah-tengah umat Nabi Muhammad SAW, yang di antara berbagai kelemahan dan keterbatasannya, berbagai dosa dan kelalaiannya, mereka tetap beribadah mendekatkan diri kepada Allah, tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah. Mendengar seruan Jibril untuk kembali, mereka berkata, "Wahai Jibril, apa yang diperbuat Allah untuk memenuhi permintaan (kebutuhan) orang-orang yang mukmin dari umat Nabi Muhammad ini??"
Jibril berkata, "Sesungguhnya Allah melihat kepada mereka dengan pandangan kasih sayang, memaafkan dan mengampuni mereka, kecuali empat macam manusia.!!"
Mereka berkata, "Siapakah empat macam orang itu?"
Jibril berkata, "Orang-orang yang suka minum minuman keras (khamr, alkohol, narkoba, dan sejenisnya), orang-orang yang durhaka kepada orang tuanya, orang-orang yang suka memutuskan hubungan silaturahmi dan kaum musyahin!!"
Para malaikat itu cukup puas dengan penjelasan Jibril dan mereka kembali naik ke langit, ke tempat dan cara ibadahnya masing-masing seperti semula.
Ketika Nabi SAW menceritakan hal ini kepada para sahabat, salah seorang dari mereka berkata, "Wahai Rasulullah, siapakah kaum musyahin itu?"
Nabi SAW bersabda, "Orang yang suka memutuskan persaudaraan, yaitu orang yang tidak mau berbicara (karena perasaan marah, dendam dan sejenisnya) kepada saudaranya lebih dari tiga hari!!"
Malam berakhirnya bulan Ramadhan, yakni saat buka puasa terakhir dan memasuki malam Idul Fitri, Allah menamakannya dengan malam hadiah (Lailatul Jaaizah). Ketika fajar menyingsing, Allah memerintahkan para malaikat untuk turun dan menyebar ke seluruh penjuru negeri-negeri yang di dalamnya ada orang-orang yang berpuasa. Mereka berdiri di jalan-jalan dan berseru, dengan seruan yang didengar oleh seluruh makhluk kecuali jin dan manusia, "Wahai umat Muhammad, keluarlah kamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, yang memberikan rahmat begitu banyak dan mengampuni dosa besar!!"
Ketika kaum muslimin keluar menuju tempat-tempat shalat Idul Fitri dilaksanakan, Allah berfirman kepada para malaikat, "Wahai para malaikat-Ku, apakah balasan bagi pekerja jika ia telah menyelesaikan pekerjaannya??"
Mereka berkata, "Wahai Allah, balasannya adalah dibayarkan upah-upahnya!!"
Allah berfirman, "Wahai para malaikat, Aku persaksikan kepada kalian semua, bahwa balasan bagi mereka yang berpuasa di Bulan Ramadhan, dan shalat-shalat malam mereka adalah keridhaan dan ampunan-Ku!!"

Senin, 18 Juli 2016

Karena Mengabaikan Orang Fakir

Ahmad bin Muhammad bin Husin Al-Jariri, atau lebih dikenal dengan nama kunyahnya saja Abu Muhammad Al-Jariri, adalah seorang ulama sufi yang tinggal di Baghdad. Ia hidup se-zaman dengan tokoh sufi lainnya, Junaid Al-Baghdadi, bahkan menjadi sahabatnya. Ketika Junaid wafat, ia menduduki (menggantikan) maqam Junaid, yakni pemimpin atau sesepuh tokoh sufi lainnya pada masa itu.
Ketika masih dalam pencarian (suluk, tarikat, mengaji hakikat dll), ia pernah mengalami suatu peristiwa yang tidak akan pernah terlupakan. Suatu ketika setelah shalat ashar berlalu, seorang pemuda masuk ke mesjid di lokasi pondok (thariqah) Abu Muhammad Al-Jariri belajar. Wajah pemuda itu tampak pucat dan rambut terurai tidak beraturan tanpa memakai tutup kepala (kopiah, serban atau sejenisnya). Ia berwudhu kemudian shalat sunnah dua rakaat, setelah itu ia duduk dengan meletakkan kepalanya di antara (di atas) lututnya dan tangan ditangkupkan. Saat maghrib tiba, ia berjamaah dengan mereka setelah itu duduk lagi seperti sebelumnya.
Tiba-tiba datang utusan Raja yang mengundang mereka untuk jamuan makan di tempat tinggalnya. Hal itu memang secara rutin dilakukan oleh sang Raja. Ketika teman-temannya berlalu untuk memenuhi undangan itu, ia sempat membangunkan sang pemuda dan berkata, "Apakah anda mau ikut bersama kami untuk makan-makan di tempat raja??"
Pemuda itu mengangkat kepalanya dan berkata, "Saya tidak ingin ke istana Raja, tetapi kalau anda tidak keberatan, bawakanlah untukku asidah (suatu nama makanan) yang hangat!!"
Abu Muhammad mengabaikan permintaan pemuda itu. Dalam hati ia berkata, "Diajak baik-baik tidak mau, tetapi malah meminta dibawakan sesuatu!! Mungkin ia baru saja belajar tarikat dan belum mengetahui adab (tata krama, sopan santun) yang lazim berlaku!!"
Ketika malam agak larut, barulah mereka pulang dari istana Raja dalam keadaan kenyang. Ketika memasuki mesjid di pondoknya, Abu Muhammad melihat pemuda itu masih dalam posisi yang sama ketika ditinggalkannya, mungkin tertidur. Abu Muhammad duduk di sajadahnya, tetapi belum ia berdzikir, rasa kantuk menguasai dirinya dan ia jatuh tertidur.
Dalam tidurnya itu Abu Muhammad bermimpi, ia melihat suatu rombongan besar berlalu di hadapannya. Tiba-tiba ada seruan, "Itu adalah rombongan Rasulullah SAW beserta para Nabi dan Rasul!!"
Mendengar seruan itu, ia segera berlari ke arah depan rombongan dan menemui Rasulullah SAW. Ia mengucap salam, tetapi Nabi SAW berpaling dari dirinya tanpa menjawab salamnya. Beberapa kali ia mengulang salamnya tetapi masih saja beliau berpaling. Abu Muhammad jadi gemetar ketakutan, dengan tergagap ia berkata, "Wahai Rasulullah, apakah dosa saya sehingga engkau berpaling dari saya??"
Nabi SAW menatapnya dengan tajam dan berkata, "Seorang yang fakir dari umatku ingin sesuatu darimu, lalu engkau mengabaikannya!!"
Abu Muhammad tersentak kaget dan terbangun dari tidurny. Segera saja ia teringat kepada pemuda yang meminta dibawakan asidah itu. Ia segera ke tempat pemuda itu, tetapi ternyata tidak ada siapapun di sana. Ia mendengar suara pintu dibuka, yang ternyata adalah pemuda itu yang hendak keluar mesjid. Ia segera mendekatinya dan berkata, "Wahai pemuda, sabarlah barang sejenak. Aku akan segera menyiapkan untukmu, apa yang engkau inginkan!!"
Pemuda itu menoleh kepadanya dan berkata, "Jika seorang fakir menyampaikan keinginannya kepadamu, engkau tidak mau memenuhinya, kecuali setelah dimintakan oleh Nabi SAW dan seratus duapuluh empat ribu nabi-nabi lainnya. Kini aku tidak menghajatkan apa-apa lagi darimu!!"
Pemuda itu melangkah keluar, meninggalkannya dalam keadaan terpana dengan kaki terpaku di tanah. Setelah peristiwa itu, Abu Muhammad tidak pernah mengabaikan orang lain, sesepele dan sefakir apapun keadaannya, karena takut ia akan diabaikan oleh Rasulullah SAW di yaumul makhsyar kelak.